Minggu, 10 Juni 2012

~* Serambi Hati Buat Rasulullah SAW *~

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ .. .

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.. .



Serambi Hati Buat Rasulullah SAW

Serambi Hati Buat Rasulullah SAW

Selemah apapun kadar keimanan kita, ada satu hal yang tak dapat kita pungkiri bahwa kita semua merindukan dan mencintai rasulullah saw. Meski kerinduan dan kecintaan ini hanya sebatas ada di serambi hati dan di ujung lidah saja. Tapi walaupun begitu, kita juga pernah merasakan marah ketika mendengar rasulullah saw dicaci dan dihina. Kecuali jika di hati kita ini memang tak ada sedikitpun keimanan akan Allah dan Rasul-Nya.

Dan kalau kita pernah rindu, maka pasti pernah terbesit di hati kita untuk bertemu. Ya, bahkan untuk sebuah pertemuan kepada Rasulullah SAW, baik sebelum dan sesudah kehidupan ini.
Mungkin seperti kerinduan seorang rekan saya yang merasa iri dengan para sahabat Rasulullah SAW. karena mereka (sahabat) bisa berjumpa dengan Rasulullah SAW dan bisa curhat atas setiap kesedihan dan semua permasalahan hidup yang terasa sangat menghimpitnya. Bukan karena dia merasa yakin bahwa Rasulullah SAW mampu menyelesaikan semua permasalahan hidupnya, tapi dia hanya percaya bahwa Rasulullah mampu mendidiknya untuk selalu sabar dalam menjalani hidupnya. Mungkin kita juga setuju dengan apa yang di impikan rekan saya itu, karena sebagian kita juga mungkin pernah bermimpi seperti itu. Tapi apapun ketetapan Allah bagi kita, adalah itu yang terbaik buat kita. meskipun pada akhirnya Allah tak pernah menghendaki kita hidup satu masa dengan Beliau SAW.

Dulu, saya selalu bertanya tentang apa kehendak baik Allah yang ia berikan dengan menjauhkan saya dari berjumpa dengan Rasulullah dan hidup bersama dengan Beliau SAW. hingga akhirnya, salah seorang sahabat Rasulullah SAW mampu menyadarkan saya. Dalam sebuah buku Sirah Shahabat Rasulullah SAW di ceritakan, bahwa salah seorang tabi’in pernah berkata kepada salah seorang sahabat Rasululla SAW, Miqdad Bin ‘Amr. 

“Sungguh berbahagialah kedua mata yang telah merlihat Rasulull SAW ini. Demi Allah, kami sangat senang melihat apa yang kau lihat. Dan menyaksikan apa yang kau saksikan”. Lalu Miqdad Bin ‘Amr-pun menghampiri mereka dan berkata, “Apa yang mendorong kalian ingin menyaksikan peristiwa yang tidak di pertontonkan Allah, Padahal kalian tidak tahu bagaimana kondisi kalian jika menyaksikan? Demi Allah, ada orang-orang yang hidup di masa Rasulullah SAW, tapi mereka dijerumuskan kedalam neraka jahanam. Sebaiknya kalian bersyukur kepada Allah yang menghindarkan kalian dari malapetaka seperti yang menimpa mereka itu, dan menjadikan kalian beriman kepada Allah dan Nabi kalian”.

Ya, dia benar! Karena bukan tidak mungkin, jika kita hidup di masa Rasulullah SAW kita justru memusuhi Beliau SAW, dan kita ada pada barisan orang-orang yang menyakiti Rasulullah`SAW. karena hari ini saja, kalau kita mau jujur sejujurnya, ada begitu banyak perilaku kita yang tampaknya telah menghianati Rasulullah SAW. lihat saja bagaimana ketika kita berakhlak terhadap kedua orang tua kita, kita telah sangat berani memaki mereka dan menatap mereka dengan tatapan yang tajam. Padahal Rasulullah SAW telah mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada mereka dan jangan berkata walaupun hanya sekedar kata “ah”. Dan kita juga sering buat mereka menangis, padaha Rasulullah SAW telah memerintahkan kita untuk membahagiakan mereka. Dan lihat juga bagaimana ketika kita berakhlak terhadap keluarga, tetangga, dan teman? Entah sudah berapa hati yang kita sakiti dan entah sudah berapa banya hak-hak orang lain yang telah kita ambil (korupsi). Padahal Rasulullah SAW justru mengajarkan kita berbagi dengan saling memberi hadiah dan kebahagian. Sehingga kalau saja hari ini Rasulullah saw bertamu ke Rumah kita, kita juga tidak yakin apakah bisa membuat Beliau SAW tersenyum dengan keseharian dari kehidupan kita, atau justru malah membuat Beliau SAW menangis atas semua penghianatan yang kita lakukan di keseharian dari kehidupan kita ini?

Entah jadi apa kita ketika Allah benar-benar menghendaki kita bisa hidup satu masa dengan Beliau SAW? bisa jadi kita ini termasuk golongang munafikin atau bahkan musyrikin.
Sehingga, tidak ada yang lebih baik kita lakukan, kecuali hanya bersyukur kepada Allah karena telah menentukan kita lahir di masa islam sudah tersebar luas, sehingga kita bisa dengan mudah mempelajari islam.
Dan kalaupun ada yang pantas menjadikan kita iri dengan kebersamaan mereka bersama Rasulullah. Maka sesungguhnya kebersamaan dengan beliau adalah juga pertanda akan jauhnya kita dari berbagai musibah,

“Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih. Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun”.”(QS. Al-Anfal 32-33)

Ayat ini jelas hujjahnya bagi kita, bahwa siksa bagi kafirpun tertahan selama Rasulullah SAW berada di tengah-tengah mereka. Lain cerita apabila mereka mati kelak, maka urusannya akan berhadapan dengan siksa-Nya. Namun selama mereka masih berdampingan dengan Rasulullah SAW, walaupun sebagai musuh, tetap Allah SWT menahan siksa-Nya karena keberadaan Rasulullah SAW.

Maka bagaimana pula jika Rasulullah SAW berada di sanubari kita? Bahkan Sunnahnya ada di telinga kita, mata kita, kehidupan kita, rumah kita dan wilayah kita. akankah musibah datang?? Mustahil demi Allah! inilah yang kita lupakan, dan fahamilah bahwa sumber segala musibah adalah kemurkaan Allah SWT. Dan penyebabnya adalah jauhnya kita dari sunnah-sunnah Rasulullah SAW, serta sepinya hati kita dari kecintaan terhadap Beliau SAW. maka timbullah musibah di barat dan di timur, musibah kelaparan, banjir, kekeringan, gunung meletus, gempa bumi, degradasi moral, dan pemimpin yang dzolim. Dan tidak hanya dalam kehidupan dunia, tapi kelak waktu sakratul maut, siksa kubur, siksa padang mahsyar dan siksa neraka.
Saudaraku,

Maukah kita merindukan Beliau SAW dan menghadirkannya di sini?. Mungkin timbul pertanyaan di benak kita, apakah Rasulullah juga akan merindukan dan mencintai kita, ketika kita mencintainya, merindukannya, dan membela ajarannya??
Ketahuilah bahwa Beliau SAW telah menjawab pertanyaan kita pada 14 abad yang lalu. Sebagaimana dalam haditsnya beliau pernah menitikkan air mata, lalu bersabda, “Aku merindukan saudara-saudaraku”, kemudian para sahabat bertanya, “Bukankah kami ini saudaramu ya Rasulullah..”, Rasulullah SAW pun menjawab, “Kalian adalah sahabatku, saudara-saudaraku adalah orang yang hidup setelah aku wafat, mereka tidak melihat aku, tidak bertemu denganku, tapi tidak beriman kepadaku, serta berkorban dengan harta dan segenap kemampuannya membelaku”(HR. Ahmad).

Maka fahamlah kita bahwa ada tiga derajat kemuliaan yang dapat dicapai oleh umat Muhammad SAW; keluarga, sahabat, dan saudara Rasulullah. Kita sadar betul bahwa kita ini bukan sahabat atau keluarga Rasulullah SAW, karena kita memang tidak pernah hidup bersama Rasulullah dan kita tidak memiliki garis keturunan dengan Beliau SAW. tapi tidak lantas itu semua bisa menjauhkan diri kita dengan Beliau SAW, karena pada akhirnya, Rasulullah SAW-pun kembali mencoba mendekatkan kita dengan tawarannya untuk menjadi saudaranya.

Maukah kita terima tawaran rasulullah SAW untuk menjadi saudaranya??
Akankah kita menerimanya dengan sepenuh hati, lalu berkata, “Labbaik yaa Rasulullah SAW….”(Aku mendatangi wahai Rasulullah SAW…)
Ataukah kita justru akan menolak dan berkata maaf, karena hanya serambi hati ini yang bisa kita berikan buat Rasulullah SAW.


وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Wallahu ‘alam Bisshawab. By: Chairil
Pesantren KH. Zainal Musthafa Sukamanah