بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ .. .
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.. .
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.. .
Dalam
satu kesatuan amal jama’i ada orang yang mendapatkan nilai tinggi
karena ia betul-betul sesuai dengan tuntutan dan adab amal jama’i.
Kejujuran, kesuburan, kejernihan dan kehangatan ukhuwahnya betul-betul
terasa. Keberadaannya menggairahkan dan menenteramkan. Namun perlu
diingat, walaupun telah bekerja dalam jaringan amal jama’i, namun
pertanggungjawaban amal kita akan dilakukan di hadapan Allah SWT secara
sendiri-sendiri.
Karenanya jangan ada kader yang mengandalkan kumpulan-kumpulan besar
tanpa berusaha meningkatkan kualitas dirinya. Ingat suatu pesan
Rasulullah SAW: Man abtha-a bihi amaluhu lam yusri’ bihi nasabuhu (Siapa yang lamban beramal tidak akan dipercepat oleh nasabnya).
Makna tarbiah itu sendiri adalah mengharuskan seseorang lebih
berdaya, bukan terus-menerus menempel dan tergantung pada orang lain.
Meskipun kebersamaan itu merupakan sesuatu yang baik tapi ada saatnya
kita tidak dapat bersama, demikian sunahnya. Sebab kalau mau, para
sahabat Rasulullah SAW bisa saja menetap dan wafat di Madinah, atau
terus menerus tinggal ber-mulazamah tinggal di masjidil Haram yang
nilainya sekian ra-tus ribu atau di Masjid Nabawi yang pahalanya sekian
ribu kali. Tapi mengapa makam para Sahabat tidak banyak berada di Baqi
atau di Ma’la. Tetapi makam mereka banyak bertebaran jauh, beribu-ribu
mil dari negeri mereka.
Sesungguhnya mereka mengutamakan adanya makna diri mereka sebagai perwujudan firman-Nya: Wal takum minkum ummatuy yad’una ilal khoir. Atau dalam firman-Nya: Kuntum khoiro ummati ukhrijat linnasi
(Kamu adalah sebaik-baiknya ummat yang di-tampilkan untuk ummat
manusia. Qs. 3;110). Ummat yang terbaik bukan untuk disem-bunyikan tapi
untuk ditampilkan kepada seluruh ummat manusia. Inilah sesuatu yang
sangat perlu kita jaga dan perhatikan. Kita semua beramal tapi tidak
larut dalam kesendirian. Hendaklah ketika sendiri kita selalu mendapat
cahaya dan menjadi cahaya yang menyinari lingkungan sekitarnya.
Jangan ada lagi kader yang mengatakan, saya jadi buruk begini karena
lingkungan. Mengapa tidak berkata sebaliknya, karena lingkungan seperti
itu, saya harus mempengaruhi lingkungan itu dengan pengaruh yang ada
pada diri saya. Seharusnya dimanapun dia berada ia harus berusaha
membuat kawasan-kawasan kebaikan, kawasan cahaya, kawasan ilmu, kawasan
akhlak, kawasan taqwa, kawasan al-haq, setelah kawasan-kawasan
tadi menjadi sempit dan gelap oleh kawasan-kawasan jahiliyah, kezaliman,
kebodohan dan hawa nafsu. Demikianlah ciri kader PK, dimanapun dia
berada terus menerus memberi makna kehidupan. Seperti sejarah da’wah
ini, tumbuh dari seorang, dua orang kemudian menjadi beribu-ribu atau
berjuta-juta orang.
Sangat indah ungkapan Imam Syahid Hasan Al Banna, “Antum ruhun jadidah tarsi fi ja-sadil ummah”.
Kamu adalah ruh baru, kamu adalah jiwa baru yang mengalir di tubuh
ummat, yang menghidupkan tubuh yang mati itu dengan Al-Qur’an.
Kehebatan Namrud bagi Nabi Ibrahim AS tidak ada artinya, tidaklah
sendirian. ALLAH bersamanya dan alam semesta selalu bersamanya. Api yang
berkobar-kobar yang dinyalakan Namrud untuk membinasakan dirinya,
ternyata satu korps dengannya dalam menunaikan tugas pengabdian kepada
ALLAH. Alih-alih dari menghanguskannya, justeru malah menjadi “bardan wa salaman”
(penyejuk dan penyelamat). Karena itu, kader sejati yakin bahwa Allah
SWT akan senantiasa membuka jalan bagi pejuang Da’wah sesuai dengan
janji-Nya, In tansurullah yansurukum wayu sabit akdamakum (Jika kamu meno-long Allah, Ia pasti akan menolongmu dan mengokohkan langkah kamu).
Semoga para kader senantiasa mendapatkan perlindungan dan bimbingan
dari Allah SWT ditengah derasnya arus dan badai perusakan ummat. Kita
harus yakin sepenuhnya akan pertolongan Allah SWT dan bukan yakin dan
percaya pada diri sendiri. Masukkan diri kedalam benteng-benteng
kekuatan usrah atau halaqah tempat Junud Da’wah melingkar dalam suatu
benteng perlindungan, menghimpun bekal dan amunisi untuk terjun ke arena
pertarungan Haq dan bathil yang berat dan menuntut pengorbanan.
Disanalah kita mentarbiah diri sendiri dan generasi mendatang. Inilah
sebagian pelipur kesedihan ummat yang berkepanjangan, dengan munculnya
generasi baru. Generasi yang siap memikul beban da’wah dan menegakan
Islam. Inilah harapan baru bagi masa depan yang lebih gemilang, dibawah
naungan Alqur-an dan cahaya Islam rahmatan lil alamin.
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Salam Ukhuwah…..
Almarhum KH RAHMAT ABDULLAH,
Untukmu Kader Dakwah
Untukmu Kader Dakwah