Jumat, 22 Juni 2012

~* Kontemplasi *~




Hidup sederhana berarti membebaskan hidup dari segala ikatan yang tidak diperlukan.
Berbeda dengan kemiskinan, kesederhanaan merupakan suatu pilihan,
keputusan untuk menjalani hidup kita yang terfokus pada apa yang benar-benar berarti. 

Kadang kalau kita mau sedikit merenung, Musuh terbesar kita adalah diri kita sendiri. Ia hasil konspirasi ego dan sombong yang selalu iri dengan rasa rendah hati. Atau rasa marah akan rasa sakit yang pernah kita rasakan. Tapi kita hidup untuk menantang itu semua kan yah. Setidaknya itulah yang saya yakini saat ini.

Hidup telah menyisakan kepada kita sejuta ketidakjelasan untuk di jawab. Kegalauan dalam hati bukan suatu kutukan. Kebebasan bukanlah sebuah aib yang di wariskan. Nilai tanpa batasan yang jelas itu telah direduksi ke dalam bentuk hitam dan putih, padahal tidak semudah itu. Tidak ada salahnya untuk bertanya. Tidak ada ruginya mempertanyakan ulang apa yang sudah ditanamkan di benak kita sebagai sesuatu yang memang sudah seharusnya benar dan salah.

Ketika telinga – telinga menjadi tuli, dan mulut – mulut menjadi bisu, dan mata menjadi buta…ah, hati ini dilanda kekeringan pencerahan seperti sebuah taman yang yang daunnya berguguran satu per satu dan meranggas tak kuasa melawan beban hidup. Ya, hati ini mati dari komunikasi, baik itu komunikasi secara vertical (kepada Tuhan) atau komunikasi secara horizontal (kepada manusia lainnya) dan akhirnya akan menyebabkan kita kehilangan inisiatif dan miskin dengan inovasi. Kita sibuk dengan retorika yang tak pernah habis tentang hal-hal yang sebenarnya tak begitu penting. Yang dinamakan hidup adalah selalu mendahulukan hal-hal yang prioritas, bukan malah sebaliknya, hanya bergelut dengan hal-hal dan situasi yang tak begitu penting.

Setiap kita, memiliki hidup yang dipenuhi berbagai orang dengan kepentingan yang berbeda – beda bahkan bertentangan satu sama lain. Ada banyak saat yang akan sering kita temui dalam hidup, ketika kita merasa ditarik – tarik dari berbagai sisi, mencoba memenuhi keinginan banyak orang, menunaikan begitu banyak harapan -orang tua, kawan seperjuangan, pacar, istri, saudara, bos, dll- Ada banyak momen dalam hidup ini, ketika kita dilanda semua tuntutan itu, amanah ini, suka atau tidak suka, sanggub atau tidak sanggub.
Tapi kita juga punya banyak momen untuk belajar dari itu semua. Menjadi “tong” tempat dunia disekitar kita membuang keluh kesah, meneriakan pemikiran, menuangkan kekesalan, menceritakan kegembiraan, mengisahkan heroik pengakuan diri. Karena semua manusia ingin didengarkan dan mendapat pengakuan. Inilah makanan bagi mental setiap kita. Bukankah Begitu banyak anomali dalam hidup ini ? yang bahkan hukum fisika maupun matematika pun tak akan mempu menterjemahkan apalagi memberi penjelasan.

 Kita kadang tak menyadari, bahwa pembicara yang baik itu tak lain adalah pendengar yang simpatik atau pemenang yang sesungguhnya adalah yang mengalah ketika kemarahan sudah diujung ubun – ubun.

Allah Maha Kuasa kan yah…. yang membuat kegala kerumitan hidup ini dilindungi dalam kesederhanaan.

“Hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda Tanya, sdtanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar terimalah dan hadapilah” Soe Hok Gie

Pada dasarnya kita semua adalah penjelajah, dalam perjalanan untuk pencarian tanpa akhir

Dan adalah suatu kepastian, kita akan berpisah dari orang – orang yang kita sayangi seperti layaknya jiwa yang akan pergi dari raga.

Orang yang ‘besar’ jika mendapat masalah akan bereaksi seperti orang ‘besar’. Hanya orang “kecil” yang merasa sakit ketika disakiti hal – hal kecil. Ambillah contoh dari orang ‘besar’, dan ketika mendapat masalah tanyakan pada diri sendiri, “jika orang ‘besar’ mendapat masalah seperti ini, apa yang akan dilakukannya ?”
Apapun masalah yang kita temui, cari yang baik, syukuri halangan itu dan bereaksi dengan baik seperti layaknya orang ‘besar’. Karena, kualitas ‘besarnya’ seseorang itu tidak dilihat dari reaksinya atas hal – hal yang telah ia duga atau rencanakan, tapi oleh hal – hal yang tak terduga atau bahkan yang tak pernah diharapkan
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.  Sesungguhnya (yang demikian itu) sulit, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.” (Al-Baqarah 45)
Uhm..so many coincidently. Do you believe coincidently ? I don’t.
Because every single thing and piece in this universe is meant to be, it has its own scenario. Everything happens for a reason..there is no coincidence…Well, Let me guess what is mine.

Ya allah..mudahkan perjalan ini..
Perkenankan ia kuisi dengan jutaan pemaknaan akan pengalaman.
Ijinkan ia kujalani dengan kesabaran akan cobaan Mu.
Biarkan ia kupenuhi dengan lantunan kerendahan hati dan kesabaran.
Tahankan ia dari kemarahan dan nafsu yang tak mampu dikendalikan.
Dan…hantarkanlah aku pada tujuan yang Kau ridhoi

I prepare for every fear or scare, and I say “There is no God but Allah”,

and for everytime there is sadness, sorrow, or misery, I say “This is what Allah wished”,
and for every blessing, I say “Praise be to Allah”,
and for everytime there is ease and comfort, I say “Thanks be to Allah”,

and for every wonderful, fantastic thing, I say “Glory be to Allah”,

and for every sin, I say “Forgive me Allah”,

and for every calamity, I say “Verily we belong to Allah, and to Him we shall return”,
and everytime there is poverty or neediness, I say “Allah is the Splendid administrator”,
and for every decree of fate or destiny, I say “I depend on Allah”,

and for every enemy, I say “I take refuge with Allah”,

and for every time I obey or disobey, I say “There is no power, strength, or capability except by Allah the Sublime, the almighty”.

Duhai Dzat yang mencukupkan makhluk-Nya dari segala kekurangan
Duhai Dzat yang melapangkan setiap kesempitan
Terimalah segala amal ibadah kami kepada-Mu
Tutupilah segala kekurangan yang ada
Bimbinglah kami untuk memperbaiki dan menyempurnakan setiap persembahan amal-amal kami kepada-Mu
Tundukkan selalu hati dan jiwa kami sebagaimana tunduknya jasad kami saat bersujud kepada-Mu
Hilangkahlah segala kesombongan yang ada di hati kami sekecil apapun, baik yang kami ketahui dan sadari maupun yang tidak kami ketahui dan sadari
Kami berlindung kepada-Mu dari setiap keburukan amal-amal kami
Berlindung dari setiap ibadah yang jauh dari rasa khusyu’, ikhlas, ketundukkan, rasa takut, pengharapan dan cinta
Kurniakan pada diri kami rasa cinta kepada makhluk-makhluk-Mu, khususnya kepada kedua orang tua kami, guru-guru mulia kami, pendahulu-pendahulu kami yang sholeh, serta saudara-saudara kami yang muslim
Dan jadikanlah puncak kecintaan kami adalah pada-Mu dan kepada junjungan kami, Baginda Rasulullah Muhammad Shollallahu ‘alaihi wa sallam dan keluarga serta para sahabat beliau…aamiin Allahumma aamiin