Saudaraku, perjuangan rasanya tidak mengenal kata akhir, setiap waktu
setiap masa, kita terus berhadapan dengan berbagai masalah. Ummat ini
harus dipedulikan, dijaga, dihargai, diperjuangkan hak-haknya, dengan
sekuat kemampuan yang kita miliki. Belum juga tuntas masalah Bank
Century, kita sudah menghadapi masalah baru, “Gerakan Pemujaan
Abdurrahman Wahid”. Kalau Bank Century berkaitan dengan harta benda,
maka dalam masalah Gus Dur ini masalah AKIDAH. Ingat akidah, ini masalah
terbesar Ummat ini!!!
Banyak orang mengelu-elukan Gus Dur sebagai tokoh: HUMANISME, PLURALISME, dan DEMOKRASI. Media-media massa sangat giat mencuci otak masyarakat
dengan pujian-pujian berlebihan dalam 3 persoalan itu. Sampai 9 Fraksi
DPR, termasuk partai-partai Islam, menyokong usulan agar Gus Dur
diangkat menjadi pahlawan nasional.
Ini sangat bahaya, sangat berbahaya. Kalau sampai Pemerintah
mengabulkan tuntutan anggota DPR itu, alamat bangsa kita akan diadzab
oleh Allah dengan bencana-bencana memilukan di masa ke depan. Mengapa?
Untuk tokoh yang penuh permusuhan kepada Islam, menghina Al Qur’an,
pembela JIL, pro Israel, dll. itu ingin ditasbihkan sebagai “pahlawan
nasional”. Sedangkan almarhum Buya Natsir, mantan Ketua DDII, yang
jelas-jelas jasa-jasanya diakui Dunia Islam, sampai beliau mendapatkan
Faishal Award dari Kerajaan Saudi, sampai wafatnya tidak pernah diakui
sebagai pahlawan nasional. Baru beberapa waktu lalu, status kepahlawanan
beliau diakui.
Begitu pula, almarhum Syafruddin Prawiranegara yang menjadi Gubernur
BI pertama, pernah menyelamatkan Indonesia dengan menjadi Presiden
Pemerintahan RI Darurat (PDRI), beliau sampai saat ini belum juga diakui
sebagai pahlawan nasional. Jasa beliau besar, tapi tidak diakui oleh
negara ini.
Saya yakin, jika Gus Dur sukses diangkat sebagai pahlawan nasional, itu artinya: Kita telah mengangkat manusia yang dimurkai Allah sebagai tokoh pujaan, idola nasional.
Laa haula wa laa quwwata illa billah. Ini sama saja dengan menghalalkan
kehancuran, bencana, dan segala siksaan atas bangsa ini.
Ya, kalau Anda tidak percaya, lalukan saja apa yang Anda inginkan!
Mari kita lihat akibatnya nanti! Saya hanya mengingatkan, sebagaimana
waktu mengingatkan agar masyarakat jangan memilih SBY-Boed. Kalau kelak
Anda hidup menderita, maka jangan salahkan, selain diri sendiri.
Saudaraku… Gus Dur banyak dipuji-puji sebagai tokoh Humanisme,
Pluralisme, Demokrasi. Sebenarnya istilah-istilah itu apa maksudnya? Apa
maknanya, dan bagaimana konsekuensinya? Disini kita akan bahas tentang
bahasa besar di balik kampanye slogan Humanisme, Pluralisme, Demokrasi.
KADAR PRAKTIS-FILOSOFIS
Secara sederhana humanisme bisa diartikan sebagai kemanusiaan,
pluralisme sebagai paham keragaman, dan demokrasi sebagai “penentuan
keputusan dengan suara terbanyak”.
Ketika bicara tentang isu Humanisme-Pluralisme-Demokrasi, bisa dalam dua tataran. Pertama, tataran praktis, yaitu manfaat dari humanisme, pluralisme, demokrasi bagi kehidupan masyarakat. Kedua,
dalam tataran filosofis, yaitu makna terdalam dari humanisme,
pluralisme, demokrasi, serta pengaruhnya yang bersifat fundamental bagi
keyakinan (ideologi) manusia.
Dalam tataran praktis, humanisme diamalkan misalnya dengan menyayangi
orang sakit, memberi sedekah pengemis, menolong anak kecil yang jatuh,
memberi bantuan sosial, mengirim Prita dengan koin-koin, menolong korban
bencana alam, dsb. Jadi, tidak masalah disini, secara praktis.
Pluralisme secara praktis bisa diterjemahkan sebagai, menghargai
perbedaan pendapat, mengakui keragaman potensi, kemampuan, mengakui
perbedaan adat-kebiasaan, mengakui perbedaan perilaku hidup, dan
lain-lain. Demokrasi diterjemahkan secara praktis, misalnya berunding
dengan orang lain, bermusyawarah, melakukan undian penentuan sikap,
pemilihan ketua kelompok, dan lain-lain.
Dalam tataran praktis, ya kita bisa memahaminya. Bahkan kita kerap
memanfaatkan fungsi-fungsi humanitas, pluralitas, dan demokrasi itu.
Ajaran Islam sangat mengakui tentang sikap tarhim (penyayang), fungsi
syura (musyawarah untuk muakat), dan menghargai perbedaan pendapat fiqih
(khilafiyyah).
Tetapi ketika paham Humanisme-Pluralisme-Demokrasi dibawa ke tataran
ideologis, konsep pemikiran, corak keyakinan, kita akan menyaksikan
betapa bahayanya konsep Humanisme-Pluralisme-Demokrasi itu. Amat sangat
berbahaya. Bahkan saya yakin, Anda tidak melihatnya sedemian serius
masalah in.
Konsep Humanisme-Pluralisme-Demokrasi adalah merupakan ajaran agama
tersendiri. Bahkan ia sangat agressif dalam menyirnakan peranan
agama-agama tradisional, termasuk Islam di dalamnya. Kalau seseorang
benar-benar tahu, ada apa di balik Slogan
Humanisme-Pluralisme-Demokrasi, niscaya dia benar-benar akan melakukan
TAUBAT NASHUHA. Sungguh, paham Humanisme-Pluralisme-Demokrasi itu sangat
membahayakan semua agama, terutama Islam.
BAHAYA HUMANISME
Islam jelas-jelas mengajarkan sikap pengasih, penyayang, bahkan sekalipun kepada binatang. Nabi Saw mengatakan, “Irhamu man fil ardhi, yarhamukum man fis sama’i” (kasihi siapa yang ada di bumi, maka akan mengasihimu siapa yang ada di langit.”
Tetapi ideologi Humanisme itu berbeda. Ia bukan sifat-sifat pengasih, penyayang, seperti yang diajarkan Islam. Namun ia adalah suatu keyakinan untuk menjadikan manusia sebagai tujuan tertinggi kehidupan ini. Bukan matahari, bulan, batu, pohon, atau kuburan yang disembah-sembah disini, tetapi yang disembah adalah human interest
(kepentingan manusia) itu sendiri. Humanisme itu suatu paham untuk
mengagung-agungkan kepentingan manusia, mengalahkan kepentingan apapun
yang lain.
Aplikasi dari paham ini, segala apa yang merugikan kebebasan,
kepentingan, selera manusia, harus ditolak jauh-jauh. Termasuk hak Allah
untuk mencampuri urusan manusia, juga harus ditolak. Maka Anda
saksikan, para penganut humanisme sejati, mereka tidak mau menghukum
anak-anaknya, memberi kebebasan penuh kepada anak-anaknya, sekalipun
untuk memilih agama, memilih tindakan seks, memilih transaksi bisnis,
dsb.
Apapun yang menjerat kebebasan manusia, termasuk aturan-aturan agama,
harus disingkirkan sejauh-jauhnya. Inilah ideologi asli kaum Humanis.
Maka dalam Al Qur’an dikatakan, “Afa ra’aita manit takhadza ilahahu hawaha”
(apakah engkau Muhammad tahu, siapa yang menjadikan hawa nafsunya
sebagai sesembahannya). Ini benar-benar nyata, dan disebutkan demikian
dalam Al Qur’an.
Sri Mulyani dalam dialog dengan Wimar Witoelar di MetroTV pernah
mengatakan, setelah dia pulang dari studi di Amerika, kurang-lebih dia
mengatakan, “Kemudian saya kembali ke Indonesia, kemudian menemukan suatu kehidupan yang concern utama-nya adalah manusia itu sendiri.” Ucapan Sri Mulyani ini adalah contoh bagus pemikiran seorang Humanis.
Orang-orang Humanis akan sangat banyak mengecam aturan-aturan Islam.
Jangankan aturan hudud, aturan memerintahkan anak-anak shalat saja
mereka tentang habis-habisan. Sebab memang concern utama mereka adalah menjadikan hawa nafsu itu sebagai sesembahan.
BAHAYA PLURALISME
Tidak kalah bahayanya adalah ideologi Pluralisme. Allahu Akbar, ini
benar-benar ideologi yang amat sangat menghujat ajaran Islam. Konsep
pemikirannya seolah baik, tetapi sejatinya amat sangat merusak.
Pluralisme adalah ideologi yang meyakini kebenaran majemuk (plural). Mereka itu bukan sekedar mengakui ada banyak agama di dunia ini, lebih dari itu mereka meyakini, bahwa: kebenaran itu tidak tunggal, tapi majemuk.
Dengan keyakinan ini mereka mengakui bahwa semua ideologi di dunia bisa
diterima sebagai kebenaran, sesuai sudut pandang masing-masing.
Kalau kita katakan, 1 + 1 = 2. Maka orang pluralis,
akan mengatakan: “Relatif. Bisa 2, 3, 7, 10, bahkan tak terhingga.
Tergantung dari sudut mana memandangnya.” Maka antara pemikiran
PLURALISME dan RELATIVISME adalah dua saudara kembar yang saling
mencintai satu sama lain.
Di mata kaum Pluralis, mereka biasa mengatakan, “Islam itu benar,
menurut orang Islam. Tetapi Kristen juga benar, menurut orang Kristen.
Begitu pula, orang Yahudi, Hindu, Budha, Tao, Kong Fu Tse, Sinto, Pagan
Mesir, Pagan Quraisy Makkah, Majusi, dsb. mereka benar sesuai pandangan
masing-masing.” Yang paling parah, mereka meyakini, bahwa syurga itu
diperuntukkan bagi siapa saja, dari keyakinan apapun, termasuk atheis,
selama mereka hidup di dunia sebagai orang yang bak, tidak mengganggu
orang lain.
Jadi, Pluralisme ini pada dasarnya adalah KEKAFIRAN lain, setara
dengan kekafiran-kekafiran di luar Islam lainnya. Bahkan, Pluralisme
adalah mbah-nya kekafiran.
Coba Anda renungkan: Paham semua konsep ideologi adalah benar, sesuai
pandangan masing-masing pemeluknya. Hal ini kan sama saja dengan
MENGHALALKAN segala bentuk kekafiran. Kekafiran Fir’aun, musyrikin
Quraisy, Rumawi, Persia, dan sebagainya dianggap tidak ada. Masya Allah,
ini adalah KEKAFIRAN sekafir-kafirnya, karena memandang di dunia ini
tidak ada kebathilan, semua dianggap benar dan boleh.
Tapi lucunya, kaum Pluralis itu amat sangat marah dengan kaum
Mukminin. Katanya, mereka mengakui kebenaran semua keyakinan, termasuk
Islam, tetapi mereka marah ketika melihat Ummat Islam meyakini agamanya
dengan sangat konsisten. Mereka bisa menerima keyakinan apapun lainnya
yang dipeluk para penganutnya secara konsisten, tetapi mereka amat marah
ketika melihat Ummat Islam konsisten dengan agamanya. Ini menandakan,
bahwa tujuan utama kaum pluralis adalah: Memerangi Islam itu sendiri!!!
Bayangkan, bagaimana kita tidak akan mengkafirkan kaum Pluralis, wong
semua penganut agama di dunia, termasuk kaum-kaum yang diadzab oleh
Allah di masa Nabi Nuh, Hud, Shalih, Luth, Syuaib, Fir’aun, Abu Jahal,
dsb sebagai orang yang benar. “Mereka adalah benar, sesuai pandangan
mereka,” begitu logika kaum Pluralis.
Sebenarnya, pandangan Pluralisme itu adalah pandangan MANUSIA PALING
DUNGU di dunia, paling dungu sejak jaman Nabi Adam As, sampai jaman Hari
Kiamat nanti. Mengapa dikatakan demikian? Sebab mereka meyakini bahwa
semua keyakinan adalah benar. Padahal antar keyakinan itu sendiri saling
bertabrakan satu sama lain. Misalnya, kaum Yahudi menganggap dirinya
sebagai kaum terpilih; kaum Nashrani menganggap Yahudi sebagai
domba-domba yang sesat dari kalangan Bani Israil; sementara Ummat Islam
meyakini Yahudi sebagai manusia terkutuk.
Begitu pula, Hindu menganggap sapi sebagai hewan suci, Islam
menganggap sapi sebagai hewan ternak, para penyayang binatang membenci
manusia yang membunuh binatang, sedangkan para Biksu Budha tidak makan
daging, hidup sebagai vegetarian.
Lihatlah, antar keyakinan itu saling bertabrakan satu sama lain,
mungkinkah semuanya dianggap benar? Masya Allah, betapa dungu
sedungu-dungunya kaum Pluralis itu. Nanti, kalau ada seseorang yang
tiba-tiba melempar batu ke arah penganut Pluralis itu, si pelempar bisa
berargumen, “Melempar batu ke jidat Anda adalah kebenaran, dari sudut
pandangan saya. Jadi mohon jangan salahkan ya!”
BAHAYA DEMOKRASI
Sebenarnya, masalah ini sudah sering dibahas di berbagai kesempatan.
Saya hanya mengulang sedikit saja. Ideologi demokrasi adalah kekufuran
juga. Mengapa? Paham ini meyakini sebuah prinsip, vox populi vox dei
(suara rakyat adalah suara Tuhan). Artinya, peranan Tuhan dalam segala
levelnya bisa diamputasi, diganti keputusan-keputusan yang diputuskan
oleh manusia sendiri.
Peranan Allah Ta’ala dalam segala masalah bisa diamputasi, diganti
segala putusan yang diperoleh melalui mekanisme demokrasi itu sendiri.
Ini adalah ideologi kekafiran juga. Padahal sifat ajaran Islam adalah mengikuti petunjuk, bukan membuat petunjuk sendiri, atau trial and error.
Seseorang disebut MUSLIM karena dia melakukan TASLIM. Apakah taslim?
Ia adalah berserah diri untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
Inilah hakikat Islam, yaitu mengikuti petunjuk Allah.
Dalam Al Qur’an disebutkan, “Keluarlah kalian (Adam dan Hawa)
dari syurga, maka bilamana nanti datang petunjuk dari-Ku kepada kalian,
maka siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tidak ada kekhawatiran atas
mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.” (Al Baqarah; 38).
Inilah jalan Islam, yaitu mengikuti petunjuk Allah, bukan membuat
parameter kebenaran sendiri, sekalipun ia disebut sebagai DEMOKRASI,
diputuskan dengan suara terbanyak.
KESIMPULAN
Dengan pembahasan ini, maka sangat jelas bahwa seruan Humanisme-Pluralisme-Demokrasi adalah: Seruan kekafiran, sekafir-kafirnya manusia kepada Kitabullah dan Sunnah.
Bahkan, seruan Humanisme-Pluralisme-Demokrasi itu sebenarnya
membahayakan semua agama, bukan hanya Islam. Dengan
Humanisme-Pluralisme-Demokrasi, lama-lama eksistensi agama akan mati.
Tetapi karena di dunia ini yang memang sangat kokoh dalam memegang
keyakinannya adalah Ummat Islam, maka slogan
Humanisme-Pluralisme-Demokrasi dianggap sebagai ofensif untuk memerangi
agama ini.
Namun Al Qur’an menjelaskan, “Mereka hendak memadamkan cahaya
Allah dengan mulut-mulut mereka (dengan segala media yang mereka
miliki), namun Allah berkehendak menyempurnakan cahaya agama-Nya,
meskipun orang-orang kafir itu tidak menyukainya.” (As Shaaff).
Andaikan saat ini banyak orang mengelu-elukan Gus Dur, dan
menyebutnya sebagai pahlawan Humanisme-Pluralisme-Demokrasi, pada
dasarnya mereka tidak mengerti saja. Mereka hanya memandang ideologi
Humanisme-Pluralisme-Demokrasi dari kulitnya yang tampak manis.
Nanti pada ujungnya, ideologi Humanisme-Pluralisme-Demokrasi ini
sepenuhnya merupakan slogan yang dikembangkan oleh Freemasonry. Mereka
ingin membabat semua agama/ideologi di dunia dengan ketiga slogan itu.
Lalu mereka nanti akan mengarahkan manusia untuk memuja Lucifer, sang iblis.
Jadi, media-media massa, ormas, tokoh-tokoh, anggota DPR, dan siapapun yang ngeyel ingin
mentahbiskan Gus Dur sebagai pahlawan nasional, pada dasarnya mereka
itu berada satu jalur ke arah tujuan penghambaan Lucifer. Hanya saja,
mereka tidak tahu! Ya Allah, pimpin mereka ke arah kebenaran, pimpin ke
arah taubat dan pengertian Islam. Allahumma amin ya Rahmaan ya Rahiim.
AMW.
Semoga Allah mengampuni dosa kita semua..
EP
Semoga bangsa ini lebih cepat sadar.
=> Humanisme-Pluralisme-Demokrasi itu lahir dari peradaban apa? Peradaban Islam atau non Islam?
=> Bolehkah kita menilai Humanisme-Pluralisme-Demokrasi dengan perspektif Al Qur’an dan As Sunnah? Atau ketiganya tidak boleh dinilai oleh pandangan apapun yang lain, karena dianggap sebagai konsep kebenaran mandiri?
=> Apa pengertian Humanisme? Apakah maksudnya adalah sifat pengasih/penyayang kepada sesama manusia, orang lemah, orang menderita, rakyat kecil, masyarakat miskin, bahkan menyayangi binatang? Jika maksudnya seperti itu, Islam menerima humanisme.
=> Sama dengan pertanyaan sebelumnya, apa pengertian Pluralisme dan Demokrasi? Apakah hanya sebatas aplikasi praktis yang bermanfaat dalam kehidupan sehar-hari, atau sampai mengarah ke masalah ideologis?
=> Jika Humanisme-Pluralisme-Demokrasi tidak dianggap ideologi, mengapa tidak kita ganti saja dengan istilah lan, misalnya: Akhlakul karimah, tasamuh dalam perbedaan pendapat, dan musyawarah untuk mufakat?
Saya SETUJU dengan pandangan2 yg ustadz kemukakan. Hanya Islam-lah jalan yang benar. Islam adalah agama dan ideologi yang BENAR. Selaku seorang muslim sejati adalah sifatnya TUNDUK PATUH kepada semua aturan2 ALLAH SWT, yaitu SYARI’AT ISLAM itu sendiri. Dan PENGINGKARAN terhadap terhadap PENGHAMBAAN kepada semua sembahan, pengagungan, isme-isme yang bukan ISLAM, masuklah di dalamnya humanisme, pluralisme, sekularisme , kapitalisme, demokrasi dan sebagainya. Dari luar terlihat manis, tetapi sebagai muslim, kita harus cermat dlm permasalahan ini. Ustadz Abisyakir telah mengupas hakikat dari isme-isme ini, yang kesemuanya, SAYA juga menilainya bertentangan dgn ISLAM. Oleh karena itu, saya menolak isme-isme ini. Janganlah BERHALA-BERHALA MODERN ini memalingkan kita dari jalan ALLAH yang lurus. ALLAH SWT senantiasa menyempurnakan cahaya-NYA. Sesungguhnya ALLAH lah sebaik-baik PEMBUAT RENCANA. Makar kaum kafir tidak akan mampu memadamkan cahaya ISLAM. Justru merekalah yg menipu diri mereka sendiri…
Liberalisme, paham yang “membebaskan” manusia terhadap aturan Allah / Agama
Pluralisme, paham yang membuat manusia “floating” / “ragu” akan agama.
sedangkan sekularisme, paham yang menghindarkan manusia dalam kehidupannya me”referensi” kepada Allah / Agama
“Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka..” (QS.Ali Imran : 110)
enteng dan renyah..
HUMANISME, PLURALISME, dan DEMOKRASI…adalah..kafir
kalimat itu tanpa beban mengalir.
ustad bgm menyikapi orang yg suka bela gusdur apakah seluruh polapikirnya akan seperti gusdur pula, ana punya guru yg baik2 guru pdhl hati sy mengingkarinya? mohon bimbingannya. jzkllah
http://abisyakir.wordpress.com/2010/01/05/bahaya-humanisme-pluralisme-demokrasi/#comment-7064
وَسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ