Minggu, 17 Juni 2012

~* Logika : Sebuah Penelusuran “Kulit” Ilmu Mantiq *~


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sholawat serta salam senantiasa kita haturkan pada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
 
Firman Allah Subhanahu Tabaraka Wa Ta'alaa : A'udzubillahi minasy syaithoonirrojiim Bismillahirrohmaanirrohiim

يُؤتِي الْحِكْمَةَ مَن يَشَاءُ وَمَن يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْراً كَثِيراً وَمَا يَذَّكَّرُ إِلاَّ أُوْلُواْ الأَلْبَابِ  

Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah). (QS Al Baqoroh, 2:269)



Dalam Surrat At Tiin Allah Ta'ala juga meegaskan ahwa manusia diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, ini mensiratkan bahwa manusia adalah mahluq yang sempurna, perbedaan yang mendasar antara manusia dengan hewan adalah, bahwa manusia memiliki akal untuk berfikir sedangkan hewan tidak memilikinya.
Karena akal itulah maka manusia selama hidup menggunakan akal fikirannya sebagai petunjuk jalan untuk memilih manfa’at dan meninggalkan mudlarat, namun dibalik hal itu semua ternyata akal yang telah dikaruniakan oleh Allah Subhanahu Tabaraka Wa Ta'alaa tidak selamanya sinkron dengan kebenaran sehingga manusia membutuhkan “Undang-Undang” yang dapat menuntun jalan pikirannya, kemudian mengikuti jalan tersebut agar terhindar dari kesalahan –kesalahan dan menjamin keselamatan berfikir.
Ibnu Khaldun pernah menyatakan : “ Oleh karena manusia dalam usahanya untuk berfikir kadang-kadang benar dan kadang-kadang salah, maka untuk menyampaikan fikiran manusia pada jalan yang benar, harus ada ilmu yang dapat membedakan bagi fikiran manusia agar manusia dapat memperoleh hasil usaha dan kerja fikiran manusia itu, ialah “ Ilmu Mantiq ”.
Ilmu tentang undang-undang berfikir ini pada awal mulanya bernama “Logos” atau “Logika” yang artinya kata atau fikiran yang benar, ilmu ini pada awalnya diciptakan oleh ahli-ahli filsafat Yunani kuno (abad 5 Sebelum Masehi), yaitu golongan sofisme yang perguruannya mementingkan tentang soal-soal perdebatan. Selanjutnya muncul istilah “Mantiq” setelah dikembangkan oleh para ahli filsafat Islam dimana “Ilmu Mantiq” berarti Ilmu yang mempelajari bagai mana “bertutur benar”.
Sebagai tokoh “peletak batu pertama” ialah seorang ahli filsuf Yunani Kuno : Socrates, kemudian dilanjutkan oleh Plato dan dilengkapi lagi oleh Aristoteles, yang menyusun ilmu ini dengan pembahasan yang teratur dan dibuat dari ilmu falsafah. Pada abad pertengahan Masehi seiring dengan perkembangan Islam ilmu logika yang sebelumnya tidak pernah berkembang, mulai dikembang sempurnakan oleh ahli-ahli filsafat Islam, Al farabi mulai mencoba mengimplementasikan berbagai pemikir Yunani kuno sehingga pada perkembangnnya ilmu mantiq mulai dipelajari secara amali bukan sekedar teori. Pengkajian mantiq di abad baru dipelopori oleh Hebert Spencer dengan menggunakan percobaan-percobaan panca indera, juga percobaan Descartes dan Immanuel Kant. 
Ilmu Mantiq memiliki tujuan untuk membahas hal-ikhwal tentang sesuatu persoalan dengan syarat-syarat, dan jika syarat-syarat itu dapat dipenuhi, maka manusia akan memperoleh apa yang telah dianggap benar , yang bagi masalah lain dianggap bau dan belum diketahui kebenarannya. Jadi lmu ini khusus untuk menerangkan jalan-jalan yang benar tanpa memperhatikan keadaan-keadaan yang sedan dipikirkannya.
Kita semua mengetahui bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang selama ini, memiliki nenek moyang atau asal muasal dasar dari ilmu filsafat dan ilmu filsafat adalah roh dari ilmu mantiq, sehingga dari hal tersebut kita dapat membayangkan betapa besarnya pengaruh ilmu ini bagi perkembangan segala ilmu dan teknologi. Islam merupakan sebuah agama yang menganjurkan epada seluruh pemeluknya untuk selalu berfikir tentang apa yang telah diciptakan oleh Allah , banyak para filsuf Islam yang mampu menciptakan berbagai penemuaan konsep serta teknologi sebut saja nama seperti : Ibn Tsina, Al-Jabbar, Imam Ghozali, Ali Syari’ati dan lain-lain , ini menunjukkan bahwasanya konsep fikir dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist  memberikan sumber konsep informatif dan Edukatif yang sangat lengkap di tambah proses pemahaman secara benar dalam kerangka berproses pada kebenaran dala berfikir akan memberikan satu konsep yang tak akan habis tergali.
Ilmu Mantiq ini adalah sebuah ilmu yang dapat dipelajari oleh orang-orang yang sudah memiliki kemapanan fikir’ kecerdasan yang cukup dan yang penting adalah orang yang telah mampu memisahkan wacana fikir dengan masalah emosional yang memiliki kecenderungan subyektifitas. Sehingga dalam hal ini setiap orang yang menginginkan melakukan pembelajaran tentang ilmu ini harus didampingi oleh Guru yang mumpuni. (*** sebuah catatan dari sahabat, thank's to Kang Akhlis)

Semoga bermanfa'at.