Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan
Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan ditanya :
Bagaimana sikap para pemuda yang masih baru (dalam mempelajarai
Islam,-pent) terhadap jama’ah-jama’ah yang ada sekarang ini, dan
jama’ah-jama’ah tersebut menghendaki mereka, untuk bergabung kepadanya.
Jawaban.
Sungguh Allah dan RasulNya telah memberi khabar tentang akan
munculnya firqah-firqah (golongan-golongan) yang menyelisihi jamaah
ahlus sunnah, dan menjelaskan tentang bagaimana kita bermuamalah
(bersikap) dengan firqah-firqah ini. Allah Ta’ala telah berfirman.
وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي
مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ
عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Dan sesungguhnya (yang Kami
perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu
mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan
Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” [Al-An'aam: 153]
Dan sabda baginda shalallahu ‘alaihi wasallam tentang suatu kaum yang datang di akhir zaman.
“(Akan ada) para penyeru (da`i) yang berada di atas
pintu-pintu Jahannam, siapa yang mentaatinya, maka mereka akan
melemparkannya dia ke dalamnya.”[2]
Maka wajib bagi para pemuda dan yang lainnya untuk berlepas diri dari
semua jamaah-jamaah dan firqah-firqah yang menyelisihi jamaah ahlus
sunnah, lalu istiqamah (di atas manhaj ahlus sunnah), dan agar
berhati-hati terhadap da`i-da`i yang menyeru/mengajak kepada
jamaah-jamaah tersebut, sebagaimana Rasulullah telah memperingatkan
untuk berhati-hati dari mereka, dan agar (senantiasa) komitmen terhadap
jamaah ahlus sunnah, iaitu jamaah tunggal yang berada di atas apa yang
Rasulullah dan para shahabat berada di atasnya, sesuai sabdanya.
فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ،
يَرَ اخْتِلاَفًا كَثِيْرًا فَعَلَيْه بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذ
“Maka sesungguhnya, siapa yang
hidup di antara kalian, maka akan melihat perpecahan yang banyak, maka
wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnahnya
para khalifah yang terbimbing.” [Hadits shahih dari beberapa jalan,
dikeluarkan oleh Imam Ahmad IV/126, Imam At-Tirmidzi: 2676, Imam
al-Hakim I/96, dan Al-Baghawi di dalam Syarhus Sunnah I/105 no. 102]
Rasulullah memerintahkan untuk (selalu) berpegang teguh dengan
sunnahnya dan sunnah para khalifah yang terbimbing serta (memerintahkan)
untuk selalu komitmen terhadap jamaah kaum muslimin dan imamnya, ketika
terjadi perselisihan dan perpecahan (umat).
Foote Note
[1]. Beliau hafizhahullah mengisyaratkan hadits Ibnu Mas’ud
radhiyallahu ‘anhu yang tsabit (termaktub) di dalam Ash-Shahih bahwa ia
berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam membuat satu garis
dengan tangannya kemudian dia bersabda: “Ini adalah jalan Allah yang
lurus.”
Ibnu Mas’ud berkata: Kemudian Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
membuat garis dari kanan dan kiri garis tersebut, kemudian
beliaubersabda,”Ini adalah jalan-jalan, yang tidak satu jalan pun
darinya kecualiada setan yang menyerunya.
Kemudian beliau membaca,”Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah iadan jangan mengikuti jalan-jalan.” [HR. Imam
Ahmad I/465]
Dan lafazh yang mendekati adalah hadits yang diriwyatkan oleh
Al-Hakim II/318, yang lafadznya: Ibnu Mas’ud berkata: Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam membuat untuk kami suatu garis kemudian
beliau membuat garis-garis dari kanan dan kirinya, kemudian
bersabda,”Ini adalah jalan Allah, sedangkan ini adalah jalan-jalan yang
pada setiap jalan ini ada setan yang menyeru kepadanya….” [Al-Hadits]
Al-Hakim berkata, “Sanad hadits ini shahih, Bukhari dan Muslimi tidak mengeluarkannya”, dan adz-Dzahabi menyetujuinya.
[2]. Ini adalah potongan hadits Hudzaifah bin Yaman radhiyallahu
‘anhu di mana ia berkata, “Pada waktu itu manusia bertanya kepada
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan, sedang aku
bertanya kepadanya tentang kejelekan karena khawatir hal itu akan
menimpaku, maka aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami dulu
pernah hidup pada masa jahiliyyah dan kejahatan. Kemudian Allah
memberikan pada kita kebaikan (Islam), apakah setelah kebaikan ini ada
kejelekan’. Maka Rasulullah menjawab,’Benar, (hal itu akan terjadi,
pent)’. Aku bertanya lagi: ‘Apakah setelah adanya kejelekan itu akan ada
kebaikan?’, ‘Benar, di dalamnya ada kerusakan’. Lalu aku (Hudzaifan)
bertanya lagi, ‘Dan apa setelahkebaikan ada kejelekan lagi?’
Beliau menjawab,’Ada suatu kaum yang menunjuki tanpa dengan
petunjukku, engkau mengenal di antara mereka dan engkau
mengingkarinya.’Aku bertanya lagi, ‘Apakah setelah kebaikan ada
kejelekan lagi?’Beliau menjawab,”Ya, (yaiu) para dai (yang menyeru) ke
pintu Jahannam, siapa yang menjawab (seruan) mereka, ia akan mereka
lemparkan ke dalamnya.’
Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, terangkanlah sifat-sifat
merekakepada kami’.Beliau menjawab,’Mereka ini berasal dari kulit kita
sendiri dan berbicara denganbahasa kita pula.’Saya bertanya, ‘Maka apa
yang engkau perintahkan kepada kami jika kami menjumpai hal itu?’Beliau
menjawab,”Tetapi (jangan tingkalkan) jamaah kaum muslimin!”
Aku berkata, “Jika mereka (muslimin) tidak memiliki jamaah dan
Imam?”Maka beliau menjawab,”Berlepaslah kamu dari semua firqah-firqah
(golongan-golongan),walaupun kamu harus menggigit akar pohon sampai
engkau meninggal dunia sedang engkau dalam keadaan demikian.”
[Dikeluarkan oleh Imam Bukhari no. 3411, dan ini lafazh bagi
dia,dikeluarkan pula oleh Muslim, Al-Hakim dan yang lain]
[Disalin dari buku Menepis Penyimpangan Manhaj Dakwah,
Pengumpul Risalah Abu Abdillah Jamal bin Farihan Al-Haritsi, Penerjemah
Muhaimin, Penerbit Yayasan Al-Madinah]