السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
~* KITA SANG MUNAFIK ITU? Mungkinkah? *~
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Mudah-mudahan
ALLAH yang Maha Mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, menolong
kita agar dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki, memberitahu
jalan yang harus ditempuh, dan memberikan karunia semangat terus-menerus
sehingga kita tidak dikalahkan oleh kemalasan, tidak dikalahkan oleh
kebosanan, dan tidak dikalahkan oleh hawa nafsu.
Dan
mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita dapat diwariskan kepada
keluarga, keturunan, dan lingkungan adalah keindahan akhlak kita. Kerana
ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luasnya ilmu. Keimanan
seseorang tidak diukur oleh hebatnya pembicaraan. Kedudukan
seseorang di sisi ALLAH tidak juga diukur oleh kekuatan ibadahnya
semata. Tapi semua kemuliaan seorang yang paling benar Islamnya, yang
paling baik imannya, yang paling dicintai oleh ALLAH, yang paling tinggi
kedudukannya dalam pandangan ALLAH dan yang akan menemani Rasulullah
ternyata sangat khas, yaitu orang yang paling mulia akhlaknya.
Walhasil
sehebat apapun pengetahuan dan amal kita, sebanyak apapun harta kita,
setinggi apapun kedudukan kita, jikalau akhlaknya rusak maka tidak
bernilai. Kadangkala kita terpesona kepada topeng duniawi tapi segera
sesudah tahu akhlaknya buruk, pesona pun akan pudar.
Yakinlah bahwa Rasulullah diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabatnya, "Mengapa
engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?". Rasul menjawab, "Sesungguhnya
aku diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan akhlak".
Sayangnya
kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya
terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yang
sebenarnya jauh melampaui sekadar senyuman dan keramahan. Kerana
pembentukan akhlak terkandung dalam perilaku sehari-hari, ini
termasuklah bagaimana akhlak kita kepada ALLAH.
Akhlak
kita kepada ALLAH harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang
menjaga akhlaknya kepada ALLAH, hatinya benar-benar putih seperti
putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih
sebersih-bersihnya. Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain
ALLAH. Tidak ada satu titik pun di hatinya meyakini kekuatan di alam
semesta ini selain kekuatan ALLAH sehingga ia sangat jauh dari sifat
munafik.
Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Berikut ini dikutip tulisan dari Imam Al Ghazali yang menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang soleh ketika mengupas perbedaan antara orang mukmim dengan orang munafik:
"Seorang
mukmin senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil
pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang
munafik disibukkan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap
dunia ini.
Seorang
mukmin berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya
kepada ALLAH, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali
dari mengharap kepada ALLAH.
Seorang
mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun
kecuali takut hanya kepada ALLAH karena dia yakin bahwa apapun yang
mengancam dia ada dalam genggaman ALLAH, di lain pihak orang munafik
justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada ALLAH, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah ALLAH SWT.
Seorang
mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara
seorang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.
Seorang
mukmin menangis karena malunya kepada ALLAH meskipun dia berbuat
kebajikan, sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat
keburukan.
Seorang
mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada ALLAH,
sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur
baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada ALLAH.
Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merosak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan kesuburan.
Seorang
mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga
berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya
untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi
meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merosak,
naudzhubillah".
Daripada
kenyataan jelas terlihat kapada kita demikian jauh beda akhlak antara
seorang mukmin dengan seorang munafik. Justru kita harus benar-benar
berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas.
Kita harus benar-benar mencegah diri kita untuk meyakini adanya penguasa
yang menandingi kebesaran dan keagungan ALLAH. Kita harus yakin siapa
pun yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yang hidup
sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga. Jangan tertipu dan
terpesona dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan, sebab itu cuma
tempelan sebentar saja, yang kalau tidak hati-hati justru itulah yang
akan menghinakan dirinya.
Sayangnya
kalau kita simak di media massa sekarang, sepertinya ada sesuatu yang
menyedihkan di mana cara menyampaikan pendapat, kritik, dan saran
dilakukan dengan akhlak yang kurang terpuji, kotor, kasar, dan nista. Saling
memukul, saling menjatuhkan, saling mencemarkan, dan saling
menghibahkan aib. Apa yang dicari? asal tahu saja bahwa kuasa yang
disandang itu tidak akan lama, hanya beberapa tahun saja dan kalau tidak
hati-hati justru aibnya tetap melekat lama. Harusnya kita anggap
semuanya biasa-biasa saja, anggap sebagai hiburan yang kalau tidak
hati-hati, pangkat dan jabatan itulah yang akan mencemarkan,
menjatuhkan, dan menghinakan kedudukan dunia dan akhirat kita.
Oleh itu, jangan mudah teruja melihat orang punya kedudukan, sebab itu cuma tempelan ringan yang berat tanggung jawabnya. Jangan pula mendatangi orang yang dianggap memiliki kekuatan dahsyat sehingga kita merasa aman. Para dukun, tukang
sihir, atau paranormal, mereka sama saja dengan kita yaitu makhluk yang
pasti binasa. Mereka hanya orang lapar yang mencari makan dengan
menjadi dukun atau yang sejenisnya. Seharusnya kalau mereka hebat, tidak
usah mencari nafkah dengan seperti itu. Pernah suatu ketika ada
seseorang yang mengaku ahli pengobatan yang ternyata hanya menjual
kata-kata, pengobatan yang dia maksudkan ternyata berasal dari obat yang
dia beli di farmasi dan dijual kembali dengan harga berpuluh dan
beratus kali lipat dari harga aslinya.
Mereka
hanya sekadar makhluk yang hidup sebentar dan lama-lama akan binasa.
Bagi kita hidup di dunia hanya mampir sebentar, sehingga yang paling
patut harus kita lakukan adalah mempersiapkan bekal untuk kepulangan
kita nanti. Oleh itu ketika kita memandang manusia adalah hal yang
biasa-biasa saja. Hanya ALLAH-lah segala-galanya, Dia penguasa tunggal,
Dia Pemilik, Penggenggam, Penentu satu-satunya tiada yang lain selain
ALLAH Azza wa Jalla.
Bulatkan
dan bersihkan hati kita hanya kepada ALLAH dengan dibuktikan oleh
kesungguhan ibadah dan amal kita. Sehingga tidak usah menyimpan keris
sekecil apapun di rumah kita hanya untuk menjadi penolak bala. ALLAH
yang Maha Agung dan Mahakuasa dapat menolong kita tanpa harus kita
menyimpan azimat. Tidak usah pakai susuk, untuk apa? Susuk itu katanya
nama sejenis keluarga jin, yaitu Shuk-shuk.
Tidak usah pula memelihara tuyul untuk mendatangkan rezeki. ALLAH Maha
kaya untuk menjamin makhluk-makhluknya sekalipun tanpa bantuan makhluk
jin atau yang sejenisnya. Insya ALLAH orang yang bersih keyakinannya
tiada yang akan dituju selain ALLAH.
Nah,
Sahabat. Tiadalah yang dituju selain ALLAH, tiadalah yang diharap
selain harap dari ALLAH, tiadalah yang ditakuti selain hanya ALLAH,
tiadalah yang dimaksud selain ALLAH, tiadalah yang bulat mencuri hati
selain ALLAH. Orang yang bersih tauhidnya, itulah yang benar akhlaknya,
insya ALLAH. Sebab baik amalnya, ramah, dan dermawan orangnya tetapi dia
termasuk orang yang menyekutukan ALLAH, maka dia tidak termasuk orang
yang berakhak mulia.#
ﺁﻣِّﻴﻦَ ﻱَ ﺭَ ﺑَّﻞْ ﻋَﻠَﻤِﻴّﻦْ ..
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
...Salam Ukhuwah.... ...