Rabu, 16 Mei 2012

~* Mungkinkah? *~

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

~* KITA SANG MUNAFIK ITU? Mungkinkah? *~

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Mudah-mudahan ALLAH yang Maha Mengetahui siapa diri kita yang sebenarnya, menolong kita agar dapat mengetahui kekurangan yang harus diperbaiki, memberitahu jalan yang harus ditempuh, dan memberikan karunia semangat terus-menerus sehingga kita tidak dikalahkan oleh kemalasan, tidak dikalahkan oleh kebosanan, dan tidak dikalahkan oleh hawa nafsu.

Dan mudah-mudahan pula warisan terbaik diri kita dapat diwariskan kepada keluarga, keturunan, dan lingkungan adalah keindahan akhlak kita. Kerana ternyata keislaman seseorang tidak diukur oleh luasnya ilmu. Keimanan seseorang tidak diukur oleh hebatnya pembicaraan. Kedudukan seseorang di sisi ALLAH tidak juga diukur oleh kekuatan ibadahnya semata. Tapi semua kemuliaan seorang yang paling benar Islamnya, yang paling baik imannya, yang paling dicintai oleh ALLAH, yang paling tinggi kedudukannya dalam pandangan ALLAH dan yang akan menemani Rasulullah ternyata sangat khas, yaitu orang yang paling mulia akhlaknya.

Walhasil sehebat apapun pengetahuan dan amal kita, sebanyak apapun harta kita, setinggi apapun kedudukan kita, jikalau akhlaknya rusak maka tidak bernilai. Kadangkala kita terpesona kepada topeng duniawi tapi segera sesudah tahu akhlaknya buruk, pesona pun akan pudar.

Yakinlah bahwa Rasulullah  diutus ke dunia ini adalah untuk menyempurnakan akhlak. Hal ini dinyatakan sendiri oleh beliau ketika menjawab pertanyaan seorang sahabatnya, "Mengapa engkau diutus ke dunia ini ya Rasul?". Rasul menjawab, "Sesungguhnya aku diutus ke dunia hanyalah untuk menyempurnakan akhlak".

Sayangnya kalau kita mendengar kata akhlak seakan fokus pikiran kita hanya terbentuk pada senyuman dan keramahan. Padahal maksud akhlak yang sebenarnya jauh melampaui sekadar senyuman dan keramahan. Kerana pembentukan akhlak terkandung dalam perilaku sehari-hari, ini termasuklah bagaimana akhlak kita kepada ALLAH.

Akhlak kita kepada ALLAH harus dipastikan benar-benar bersih. Orang yang menjaga akhlaknya kepada ALLAH, hatinya benar-benar putih seperti putihnya air susu yang tidak pernah tercampuri apapun. Bersih sebersih-bersihnya. Bersih keyakinannya, tidak ada sekutu lain selain ALLAH. Tidak ada satu titik pun di hatinya meyakini kekuatan di alam semesta ini selain kekuatan ALLAH sehingga ia sangat jauh dari sifat munafik.

Bagaimanakah sifat orang munafik itu? Berikut ini dikutip tulisan dari Imam Al Ghazali yang menuturkan ucapan Imam Hatim Al Ashom, seorang ulama yang soleh ketika mengupas perbedaan antara orang mukmim dengan orang munafik:

"Seorang mukmin senantiasa disibukan dengan bertafakur, merenung, mengambil pelajaran dari aneka kejadian apapun di muka bumi ini, sementara orang munafik disibukkan dengan ketamakan dan angan-angan kosong terhadap dunia ini.

Seorang mukmin berputus asa dari siapa saja dan kepada siapa saja kecuali hanya kepada ALLAH, sementara orang munafik mengharap dari siapa saja kecuali dari mengharap kepada ALLAH.
Seorang mukmin merasa aman, tidak gentar, tidak takut oleh ancaman siapa pun kecuali takut hanya kepada ALLAH karena dia yakin bahwa apapun yang mengancam dia ada dalam genggaman ALLAH, di lain pihak orang munafik justru takut kepada siapa saja kecuali takut kepada ALLAH, naudzhubilah, yang tidak dia takuti malah ALLAH SWT.

Seorang mukmin menawarkan hartanya demi mempertahankan agamanya, sementara seorang munafik menawarkan agamanya demi mempertahankan hartanya.

Seorang mukmin menangis karena malunya kepada ALLAH meskipun dia berbuat kebajikan, sementara seorang munafik tetap tertawa meskipun dia berbuat keburukan.

Seorang mukmin senang berkhalwat dengan menyendiri bermunajat kepada ALLAH, sementara seorang munafik senang berkumpul dengan bersukaria bercampur baur dengan khalayak yang tidak ingat kepada ALLAH.

Seorang mukmin ketika menanam merasa takut jikalau merosak, sedangkan seorang munafik mencabuti seraya mengharapkan kesuburan.

Seorang mukmin memerintahkan dan melarang sebagai siasat dan cara sehingga berhasil memperbaiki, larangan dan perintah seorang mukmin adalah upaya untuk memperbaiki sementara seorang munafik memerintah dan melarang demi meraih jabatan dan kedudukan sehingga dia malah merosak, naudzhubillah".

Daripada kenyataan jelas terlihat kapada kita demikian jauh beda akhlak antara seorang mukmin dengan seorang munafik. Justru kita harus benar-benar berusaha menjauhi perilaku-perilaku munafik seperti diuraikan di atas. Kita harus benar-benar mencegah diri kita untuk meyakini adanya penguasa yang menandingi kebesaran dan keagungan ALLAH. Kita harus yakin siapa pun yang punya jabatan di dunia ini hanyalah sekedar makhluk yang hidup sebentar dan bakal mati, seperti halnya kita juga. Jangan tertipu dan terpesona dengan kedudukan, pangkat, dan jabatan, sebab itu cuma tempelan sebentar saja, yang kalau tidak hati-hati justru itulah yang akan menghinakan dirinya.

Sayangnya kalau kita simak di media massa sekarang, sepertinya ada sesuatu yang menyedihkan di mana cara menyampaikan pendapat, kritik, dan saran dilakukan dengan akhlak yang kurang terpuji, kotor, kasar, dan nista. Saling memukul, saling menjatuhkan, saling mencemarkan, dan saling menghibahkan aib. Apa yang dicari? asal tahu saja bahwa kuasa yang disandang itu tidak akan lama, hanya beberapa tahun saja dan kalau tidak hati-hati justru aibnya tetap melekat lama. Harusnya kita anggap semuanya biasa-biasa saja, anggap sebagai hiburan yang kalau tidak hati-hati, pangkat dan jabatan itulah yang akan mencemarkan, menjatuhkan, dan menghinakan kedudukan dunia dan akhirat kita.

Oleh itu, jangan mudah teruja melihat orang punya kedudukan, sebab itu cuma tempelan ringan yang berat tanggung jawabnya. Jangan pula mendatangi orang yang dianggap memiliki kekuatan dahsyat sehingga kita merasa aman. Para dukun,  tukang sihir, atau paranormal, mereka sama saja dengan kita yaitu makhluk yang pasti binasa. Mereka hanya orang lapar yang mencari makan dengan menjadi dukun atau yang sejenisnya. Seharusnya kalau mereka hebat, tidak usah mencari nafkah dengan seperti itu. Pernah suatu ketika ada seseorang yang mengaku ahli pengobatan yang ternyata hanya menjual kata-kata, pengobatan yang dia maksudkan ternyata berasal dari obat yang dia beli di farmasi dan dijual kembali dengan harga berpuluh dan beratus kali lipat dari harga aslinya.

Mereka hanya sekadar makhluk yang hidup sebentar dan lama-lama akan binasa. Bagi kita hidup di dunia hanya mampir sebentar, sehingga yang paling patut harus kita lakukan adalah mempersiapkan bekal untuk kepulangan kita nanti. Oleh itu ketika kita memandang manusia adalah hal yang biasa-biasa saja. Hanya ALLAH-lah segala-galanya, Dia penguasa tunggal, Dia Pemilik, Penggenggam, Penentu satu-satunya tiada yang lain selain ALLAH Azza wa Jalla.

Bulatkan dan bersihkan hati kita hanya kepada ALLAH dengan dibuktikan oleh kesungguhan ibadah dan amal kita. Sehingga tidak usah menyimpan keris sekecil apapun di rumah kita hanya untuk menjadi penolak bala. ALLAH yang Maha Agung dan Mahakuasa dapat menolong kita tanpa harus kita menyimpan azimat. Tidak usah pakai susuk, untuk apa? Susuk itu katanya nama sejenis keluarga jin, yaitu Shuk-shuk. Tidak usah pula memelihara tuyul untuk mendatangkan rezeki. ALLAH Maha kaya untuk menjamin makhluk-makhluknya sekalipun tanpa bantuan makhluk jin atau yang sejenisnya. Insya ALLAH orang yang bersih keyakinannya tiada yang akan dituju selain ALLAH.

Nah, Sahabat. Tiadalah yang dituju selain ALLAH, tiadalah yang diharap selain harap dari ALLAH, tiadalah yang ditakuti selain hanya ALLAH, tiadalah yang dimaksud selain ALLAH, tiadalah yang bulat mencuri hati selain ALLAH. Orang yang bersih tauhidnya, itulah yang benar akhlaknya, insya ALLAH. Sebab baik amalnya, ramah, dan dermawan orangnya tetapi dia termasuk orang yang menyekutukan ALLAH, maka dia tidak termasuk orang yang berakhak mulia.#


ﺁﻣِّﻴﻦَ ﻱَ ﺭَ ﺑَّﻞْ ﻋَﻠَﻤِﻴّﻦْ ..


وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

...Salam Ukhuwah.... ...