~* Memahami Rencana Indah dalam Qadarullah (ketentuan Allah) *~
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Seringkali hati ini merasa sesak akan takdir Allah (qadarullah) yang berlaku, merasa benci dengan adanya takdir dan ketetapanNya. Banyak hal yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginan ditanggapi dengan sikap cengeng dan tidak sabar. Pada situasi ini tidak jarang muncul sikap berkeluh kesah dan mengeluh. Sebaliknya, seringkali sesuatu hal yang kita nantikan dan inginkan, terjadi lebih baik dari perkiraan seperti sebuah surprise. Namun pada situasi kedua ini, manusia jarang bersyukur dan asyik ber-euphoria larut dalam kesenangan.
Allah gambarkan dalam Al Quran mengenai sifat-sifat manusia ini:
إن الإنسان خلق هلوعا…
Sungguh manusia itu diciptakan bersifat berkeluh kesah..
إذا مسه الشر جزوعا…
Jika ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah…
وإذا مسه الخير منوعا…
Namun apabila ia mendapat kebaikan ia menjadi amat kikir…(Al-Ma’arij)
فأما الإنسان إذا مابتله ربه فأكرمه و نعمه فيقول ربي أكرمن…
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku.”
وأما إذا ما بتله فقدر عليه رزقه فيقول ربي أهانن…
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku” (Al-Fajr)
Adanya kesusahan, kesenangan, kesempitan, kelapangan adalah bagian dari cobaan hidup yang akan mendewasakan. Bentuk batasan-batasan Allah (Qadarullah), adalah wujud kasih sayangnya kepada manusia. Jika dibayangkan, apa yang terjadi bila kita diberi kesenangan dan fasilitas terus menerus, apa yang akan terjadi? Yang terjadi adalah kekerdilan mental dan hilanglah nilai-nilai perjuangan. Manusia secara berangsur-angsur tidak akan mengenal apa itu nikmat dan kebahagiaan, karena nikmat dunia bersifat fana dan temporer, sedangkan nafsu manusia tidak ada batasannya. Jangankan akan menghasilkan peradaban yang maju, malah akan terlahir mesin-mesin pembangkit hawa nafsu terbesar.
Sebaliknya, apa yang terjadi jika atau seandainya Allah terus memberikan kesusahan dan kesempitan tanpa ada setitik keni’matan? Yang terjadi adalah putus asa, kehidupan sudah tamat sejak dulu. Ketahuilah sesuangguhnya proporsi ni’mat itu lebih banyak daripada kesusahan. Kesenangan akan selalu ada dalam kesempitan. Allah selalu tempatkan kemudahan dalam kesulitan, dan tidak pernah Allah letakkan kesulitan dalam kesenangan. Allah lah yang menarik ulur- atur sedemikian rupa sehingga manusia tetap dalam asas perjuangan dan hasil manfaat hidup. Semua masih dalam koridor kemampuan manusia, baik dalam mengatasi masalah maupun dalam berproses menjadi semakin dewasa.
Allah berfirman dengan indah dalam Al-Quran:
فإن مع العسريسرا…
Dan sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan..
إن مع العسر يسرا…
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan..
وإلى ربك فارغب…
Dan hanya kepada Tuhanmu lah selayaknya kamu berharap.. (Al Insyiroh)
Fokus menentukan tiap gerak manusia. Jika berbicara Qadarullah (Management of Allah), artinya tidak bisa lepas dari hal-hal yang harus dilakukan dengan serius dan menjadi tujuan, dan mana yang selain itu. Saat ini, manusia salah dalam berfokus. Banyak melakukan sesuatu yang seharusnya tidak dilakukan, dan tidak melakukan sesuatu yang sewajibnya ia kerjakan..! Ini bagian penting karena berpengaruh sangat nyata terhadap feel kita dalam tarik-ulur batasan-batasan Allah sebagaimana keterangan di atas.
Manusia banyak berfokus kepada 2 hal dari 3 hal yang telah ditetapkan dan lalai terhadap 3 hal yang belum pasti ketetapan dirinya atas itu. 3 hal yang telah ditetapkannya atas dirimanusia sebelum penciptaannya adalah tentang: 1. Rizki selama di atas dunia (mencakup seluruh fasilitas hidup). 2. Jodoh. 3. Kematian. Sedangkan 3 hal yang belum ditetapkan atas diri manusia dan manusia cenderung lalai dalam mengusahakannya adalah: (1) Iman, (2) Amal Shalih, (3) Usaha saling mengingatkan/menasehatkan (Da’wah).
Dan satu hal, kemudahan itu mutlak hadir ketika kita sampai pada satu titik penghambaan, pengharapan, tawakkal hanya kepada Allah. Laa ilaha illlah, tiada lain tempat bersandar selain Allah, inilah yang Allah kehendaki dari seorang hamba. Merasa menghamba dan terus ingat kepada-Nya, sehingga Allah kan berikan karunia dan kemuliaan yang tak terhingga kepada hamba itu. Allah berfirman yang artinya: Tidaklah Aku menciptakan Manusia dan Jin kecuali guna menghamba kepada-Ku.
Fokus kepada usaha atas meningkatkan iman menjadikan ‘goal target’ terlihat jelas, fokus terhadap amal shalih adalah hiasan dan adat seorang mukmin, fokus kepada da’wah akan mewujudkan segalanya. Wallahualam
وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
...Salam Ukhuwah.... ...