Paham
yang mengatakan pada inti semua agama adalah sama tidak terlepas dari
pengaruh Freemason. Gerakan ini bermula ketika pengikut Freemason
membentuk gerakan The Theosophical Society. Dalam perkembangannya, The
Theosophical Society ikut menyumbang bagi terwujudnya hikmah abadi
(sophia perennis). Pemikiran para tokoh Sophia Perennis seperti Rene
Guénon dan Frithjof Schuon tidak terlepas dari ajaran dalam Freemason.
Freemason dan Teosofi
Freemason menurut Encyclopaedia of Religion and Ethics (New York), adalah sistem moral khusus, ditutupi dengan kiasan serta diilustrasikan dengan simbol-simbol. Para sejarawan dari kalangan Freemason berpendapat paling tidak terdapat 3 teori yang menjelaskan sebab-musabab munculnya Freemason.
Pertama, Freemason muncul sangat lama sekali seiring dengan klaim ritual Freemason itu sendiri, yaitu ketika Raja Salomon mendirikan Bait Suci dan Freemason sampi kepada kita sehingga kini sekalipun mekanismenya tidak diketahui.
Kedua, Freemason adalah hasil dari karya para pembuat bangunan pada zaman pertengahan.
Ketiga, ritual Freemason berasal dari Laskar Kristus yang menjaga Bait Suci Salomo (King Solomon’s Temple) atau dikenal juga sebagai Ksatria Bait Suci (Knight Templar). (baca Christopher Knight & Robert Lomas, The Hiram Key: Pharaohs, Freemasons and the Discovery of the Secret Scrolls of Jesus).
Freemason telah tersebar di benua Eropa. Salah satu fakta awal yang tertulis menunjukkan bahwa cabang Freemason telah ada di Inggris pada tahun 1641.
Robert Moray, salah seorang keluarga raja (Royal family), telah masuk menjadi anggota Freemason di Edinburgh pada tanggal 20 Mei 1641.
Selain itu, Elias Ashmole, masih dalam lingkungan keluarga Raja Inggris, menulis dalam buku diarinya bahwa ia telah menjadi anggota Freemason di Lancashsire, pada tanggal 16 Oktober 1646. (Francis A. Yates, The Rosicrucian Enlightenment).
Babak baru perkembangan Freemason adalah pada tanggal 24 Juni 1717. Sebabnya, pada tanggal tersebut Freemason telah menjadi organisasi Nasional dengan didirikannya Grand Lodge of England, yang merupakan gabungan dari 4 cabang Freemason. Para pengikut Freemason dalam Grand Lodge of England akan mengikuti agama yang semua manusia setuju… yaitu, menjadi Manusia yang Baik dan Benar (Religion is which all men agree… that is, to be Good Men and True).
Dengan terbentuknya Grand Lodge of England, gerakan Freemason semakin merebak sehingga berkembang melintasi benua Eropa sehingga ke benua Amerika.
George Washington, yang menjadi President pertama Amerika Serikat pada tanggal 30 April 1789 adalah seorang anggota Freemason. Selain itu, para penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang ditandatangani pada tanggal 4 Juli 1778 oleh William Hoper, Benjamin Franklin, Matthew Thornton, William Whipple, John Hancock, Phillip Livinston dan Thomas Nelson, kesemua mereka adalah pengikut Freemason.
Semua Agama Sama
Setelah mengurai sejarah Freemason dengan sangat ringkas, ada baiknya kita melihat bagaimana pengikut Freemason ikut mempelopori terbentuknya paham yang menyamakan agama.
George Felt, seorang Freemason Yahudi, pada tanggal 7 September 1875 memberikan kuliah tentang “The Lost Canon of Proportion of the Egyptians,” di apartment Helena Petrovena Blavatsky (1831-1891), seorang aristokrat Rusia yang meninggalkan suami dan kemewahan harta karena merantau ke pegunungan Tibet selama bertahun-tahun.
George Felt memfokuskan materi kuliahnya kepada penafsiran mistis tehadap ajaran (tradisi) Mesir yang hilang. Salah seorang peserta yang mengikuti kulian tersebut, Henry Steel Olcott, seorang pengikut Freemason di New York, mengusulkan supaya semua peserta (berjumlah 17 orang) yang telah mengiktui kuliah George Felt agar membentuk sebuah kelompok yang akan meneliti lebih mendalam lagi mengenai tradisi kuno.
Blavatsky, guru Olcott menyetujui proposal tersebut. Sotheran, seorang Freemason, mengusulkan nama The Theosophical Society (Masyarakat Teosofis) bagi kelompok tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 17 November, 1875 diadakan pertemuan dengan 18 orang (termasuk George Felt) dan pada tanggal itu ditetapkan sebagai awal berdirinya The Theosophical Society.
Dalam pidatonya peresmiannya, kolonel Henry Steel Olcott (1832-1907), berharap kelompok tersebut akan membuat penelitian dalam perbandingan agama dan juga untuk menemukan “ancient wisdom,” khususnya dalam sumber sumber primer dari semua agama, buku-buku Hermes dan Veda (primeval source of all religions, the books of Hermes and the Vedas), dengan perkataan lain dalam Filsafat Abadi.
Setelah kematian Olcott pada tahun 1907, posisi ketua dipegang oleh Annie Wood Besant (1847-1933). Besant, berasal dari Inggris, masuk menjadi anggota Theosophical Society pada tahun 1889 dan menjadi ketua gerakan tersebut dari tahun 1907 sampai akhir hidupnya (1933).
Menurut Besant, teosofi ataupun agama universal (universal religion) dibangun atas 2 fondasi, yaitu Tuhan sebagai immanent sekaligus transendent dan solidaritas atau persaudaraan semua manusia.
Sebuah doktrin keagamaan akan diuji dengan prinsip "Semper, ubique et ab omnibus" (Selalu, dimana saja dan dari semua). Besant juga merumuskan ajaran teosofis sebagai berikut: (1) the unity of God (kesatuan Tuhan). Ajaran mendasar dari teosofi sebagaimana semua agama adalah kebenaran agama universal. (2) The Trinity of the manifested God (Inkarnasi Tuhan dalam Trinitas) Tuhan termanifestasikan sebagi Logos. (3) The hierarchy of beings (tingkatan wujud). (4) Universal brotherhood (persaudaraan universal), yang berbeda dengan konsep ‘kesetaraan’ (equality) ataupun ‘demokrasi’ (democracy).
Besant juga menyatakan tujuan masyarakat Teosofis adalah mengajarkan kepada pengikutnya bahwa agama-agama adalah ungkapan dari hikmah ilahi yang lahir dan berasal dari zat yang satu. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan dalam manifestasi lahiriah dan bentuk bukanlah inti dari ajaran agama. Semua agama memiliki keaslian dan kebenaran karena berasal dari zat yang satu.
Ringkasnya, sejak dibentuk oleh 18 orang anggota di New York, The Theosophical Society telah berkembang menjadi organisasi internasional.
Pada tahun 1879, markasnya dipindahkan ke Bombay, India. Tiga tahun setelah itu (1882), markasnya sekali lagi dipindahkan ke Adyar, pinggiran Madras. Akhir abad 19, The Theosophical Society telah memiliki 500 cabang dalam 40 Negara di Asia dan Barat, termasuk cabang yang ada di Perancis, yand diikuti oleh Gérard Encausse (m. 1916) pada tahun 1887.5. (bersambung)
*) Penulis adakah kandidat Doktor di ISTAC-IIUM dan peneliti pada The Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS)
Freemason dan Teosofi
Freemason menurut Encyclopaedia of Religion and Ethics (New York), adalah sistem moral khusus, ditutupi dengan kiasan serta diilustrasikan dengan simbol-simbol. Para sejarawan dari kalangan Freemason berpendapat paling tidak terdapat 3 teori yang menjelaskan sebab-musabab munculnya Freemason.
Pertama, Freemason muncul sangat lama sekali seiring dengan klaim ritual Freemason itu sendiri, yaitu ketika Raja Salomon mendirikan Bait Suci dan Freemason sampi kepada kita sehingga kini sekalipun mekanismenya tidak diketahui.
Kedua, Freemason adalah hasil dari karya para pembuat bangunan pada zaman pertengahan.
Ketiga, ritual Freemason berasal dari Laskar Kristus yang menjaga Bait Suci Salomo (King Solomon’s Temple) atau dikenal juga sebagai Ksatria Bait Suci (Knight Templar). (baca Christopher Knight & Robert Lomas, The Hiram Key: Pharaohs, Freemasons and the Discovery of the Secret Scrolls of Jesus).
Freemason telah tersebar di benua Eropa. Salah satu fakta awal yang tertulis menunjukkan bahwa cabang Freemason telah ada di Inggris pada tahun 1641.
Robert Moray, salah seorang keluarga raja (Royal family), telah masuk menjadi anggota Freemason di Edinburgh pada tanggal 20 Mei 1641.
Selain itu, Elias Ashmole, masih dalam lingkungan keluarga Raja Inggris, menulis dalam buku diarinya bahwa ia telah menjadi anggota Freemason di Lancashsire, pada tanggal 16 Oktober 1646. (Francis A. Yates, The Rosicrucian Enlightenment).
Babak baru perkembangan Freemason adalah pada tanggal 24 Juni 1717. Sebabnya, pada tanggal tersebut Freemason telah menjadi organisasi Nasional dengan didirikannya Grand Lodge of England, yang merupakan gabungan dari 4 cabang Freemason. Para pengikut Freemason dalam Grand Lodge of England akan mengikuti agama yang semua manusia setuju… yaitu, menjadi Manusia yang Baik dan Benar (Religion is which all men agree… that is, to be Good Men and True).
Dengan terbentuknya Grand Lodge of England, gerakan Freemason semakin merebak sehingga berkembang melintasi benua Eropa sehingga ke benua Amerika.
George Washington, yang menjadi President pertama Amerika Serikat pada tanggal 30 April 1789 adalah seorang anggota Freemason. Selain itu, para penanda tangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika yang ditandatangani pada tanggal 4 Juli 1778 oleh William Hoper, Benjamin Franklin, Matthew Thornton, William Whipple, John Hancock, Phillip Livinston dan Thomas Nelson, kesemua mereka adalah pengikut Freemason.
Semua Agama Sama
Setelah mengurai sejarah Freemason dengan sangat ringkas, ada baiknya kita melihat bagaimana pengikut Freemason ikut mempelopori terbentuknya paham yang menyamakan agama.
George Felt, seorang Freemason Yahudi, pada tanggal 7 September 1875 memberikan kuliah tentang “The Lost Canon of Proportion of the Egyptians,” di apartment Helena Petrovena Blavatsky (1831-1891), seorang aristokrat Rusia yang meninggalkan suami dan kemewahan harta karena merantau ke pegunungan Tibet selama bertahun-tahun.
George Felt memfokuskan materi kuliahnya kepada penafsiran mistis tehadap ajaran (tradisi) Mesir yang hilang. Salah seorang peserta yang mengikuti kulian tersebut, Henry Steel Olcott, seorang pengikut Freemason di New York, mengusulkan supaya semua peserta (berjumlah 17 orang) yang telah mengiktui kuliah George Felt agar membentuk sebuah kelompok yang akan meneliti lebih mendalam lagi mengenai tradisi kuno.
Blavatsky, guru Olcott menyetujui proposal tersebut. Sotheran, seorang Freemason, mengusulkan nama The Theosophical Society (Masyarakat Teosofis) bagi kelompok tersebut.
Akhirnya, pada tanggal 17 November, 1875 diadakan pertemuan dengan 18 orang (termasuk George Felt) dan pada tanggal itu ditetapkan sebagai awal berdirinya The Theosophical Society.
Dalam pidatonya peresmiannya, kolonel Henry Steel Olcott (1832-1907), berharap kelompok tersebut akan membuat penelitian dalam perbandingan agama dan juga untuk menemukan “ancient wisdom,” khususnya dalam sumber sumber primer dari semua agama, buku-buku Hermes dan Veda (primeval source of all religions, the books of Hermes and the Vedas), dengan perkataan lain dalam Filsafat Abadi.
Setelah kematian Olcott pada tahun 1907, posisi ketua dipegang oleh Annie Wood Besant (1847-1933). Besant, berasal dari Inggris, masuk menjadi anggota Theosophical Society pada tahun 1889 dan menjadi ketua gerakan tersebut dari tahun 1907 sampai akhir hidupnya (1933).
Menurut Besant, teosofi ataupun agama universal (universal religion) dibangun atas 2 fondasi, yaitu Tuhan sebagai immanent sekaligus transendent dan solidaritas atau persaudaraan semua manusia.
Sebuah doktrin keagamaan akan diuji dengan prinsip "Semper, ubique et ab omnibus" (Selalu, dimana saja dan dari semua). Besant juga merumuskan ajaran teosofis sebagai berikut: (1) the unity of God (kesatuan Tuhan). Ajaran mendasar dari teosofi sebagaimana semua agama adalah kebenaran agama universal. (2) The Trinity of the manifested God (Inkarnasi Tuhan dalam Trinitas) Tuhan termanifestasikan sebagi Logos. (3) The hierarchy of beings (tingkatan wujud). (4) Universal brotherhood (persaudaraan universal), yang berbeda dengan konsep ‘kesetaraan’ (equality) ataupun ‘demokrasi’ (democracy).
Besant juga menyatakan tujuan masyarakat Teosofis adalah mengajarkan kepada pengikutnya bahwa agama-agama adalah ungkapan dari hikmah ilahi yang lahir dan berasal dari zat yang satu. Oleh sebab itu, keragaman dan perbedaan dalam manifestasi lahiriah dan bentuk bukanlah inti dari ajaran agama. Semua agama memiliki keaslian dan kebenaran karena berasal dari zat yang satu.
Ringkasnya, sejak dibentuk oleh 18 orang anggota di New York, The Theosophical Society telah berkembang menjadi organisasi internasional.
Pada tahun 1879, markasnya dipindahkan ke Bombay, India. Tiga tahun setelah itu (1882), markasnya sekali lagi dipindahkan ke Adyar, pinggiran Madras. Akhir abad 19, The Theosophical Society telah memiliki 500 cabang dalam 40 Negara di Asia dan Barat, termasuk cabang yang ada di Perancis, yand diikuti oleh Gérard Encausse (m. 1916) pada tahun 1887.5. (bersambung)
*) Penulis adakah kandidat Doktor di ISTAC-IIUM dan peneliti pada The Study of Islamic Thought and Civilization (INSISTS)