Keruntuhan komunisme di Uni Sovyet yang diikuti dengan berakhirnya perang dingin telah membawa penduduk dunia memasuki masa transisi sistem ekonomi yang kemudian diisi secara paksa oleh sistem kapitalisme dengan dalih liberalisasi dan dalih globalisasi kepada seluruh negara-negara di dunia, terutama negara-negara di dunia ketiga. Namun kenyataan menunjukkan bahwa umat manusia sudah gerah dengan sistem kapitalisme ini. Krisis ekonomi yang makin parah menjadi fenomena paling mencolok. Mekanisme pasar bebas yang terdiri atas permintaan dan penawaran (supply and demand) yang dipercaya mampu mengatur kegiatan masyarakat ekonomi dengan sebaik-baiknya, ternyata tidak terwujud. Sistem ini telah menimbulkan masyarakat yang tidak egalitarian dan menciptakan keserakahan bagi masyarakat banyak, disamping itu muncul keserakahan dari para pendukung kapitalisme yang disertai individualisme. Amien Rais secara lebih rinci memberikan sejumlah kritik terhadap kapitalisme dalam Jurnal Inovasi yang diterbitkan oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), diantaranya:
1. Kapitalisme melahirkan ketidaksamaan (inequality),
atau kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Umumnya orang mengakui
bahwa kapitalisme memang dapat mendorong produktivitas tinggi, tetapi
tidak dapat menghilangkan ketimpangan.
2. Kapitalisme yang secara teoritis memberikan kesempatan yang sama (equality of apportunity)
kepada setiap anggota masyarakat, dalam kenyataannya bersifat
diskriminatif. Hanya mereka yang dekat dengan sumber dana, sumber
informasi atau dekat dengan penguasa saja yang sering mendapat
kesempatan.
3. Semboyan kapitalisme yang berupa "berproduksi untuk dapat berproduksi lebih besar" (to produce, to produce and to produce) menyebabkan keserakahan dan berkembangnya kehidupan yang materialistis.
4. Akibat
dari semboyan di atas, akan mengakibatkan pola hidup yang
konsumeris. Konsumerisme sengaja didorong untuk menyerap produksi,
akhirnya akan melahirkan "masyarakat pembosan" (throw-away society).
5. Kapitalisme
menimbulkan gejala alienasi dan anomi dalam masyarakat. Lapisan
tertentu dalam masyarakat yang terlempar dalam kompetisi itu (yang
tidak fit menghadapi hukum survival of the fittest) akan merasa menjadi bukan apa-apa (no body), sehingga dicekam oleh perasaan terasing dan anomi, akhirnya memunculkan fenomena lonely crowd dan one-dimensional man di tengah masyarakat.
Kegagalan
sistem ekonomi kapitalisme yang paling mencolok adalah munculnya
kesenjangan ekonomi antara negara-negara industri maju (kapitalisme)
dengan negara-negara miskin. Kesenjangan ekonomi dunia sudah mulai
menggejala sejak Perang Dunia II, saat itu AS memiliki 40 persen
dari seluruh kekayaan dunia, padahal berpenduduk hanya 6 persen
dari seluruh penduduk bumi.Dan sekarang, Amerika Serikat telah menjadi korban dari sistem ekonominya sendiri. Setengah dari kekayaan dan keuntungan dari sebanyak 200.420 unit perusahaan industri di Amerika telah dimiliki dan dikuasai oleh hanya 102 unit perusahaan industri raksasa saja. Distribusi kemakmuran antar negara bagian juga tidak merata, negara federal sebelah Timur jauh lebih kaya dibandingkan dengan sebelah Barat dan Kepulauan. Dampak buruk dari sistem ekonomi kapitalisme mencapai klimaksnya dan langsung dirasakan juga pada tingkat regional Asia, ketika kawasan ini mengalami apa yang disebut sebagai "krisis moneter". Pada bulan Juli 1997 apa yang disebut mitos 'Keajaiban Asia' mulai memudar dari Thailand. Krisis bulan Juli itu langsung memaksa Thailand yang sudah kehabisan cadangan devisa untuk berpaling meminta bantuan kepada IMF. Di luar dugaan krisis ini akhirnya berlarut dan merembet ke seluruh ASEAN termasuk Indonesia. Pada 31 Oktober 1997 Pemerintah RI terpaksa meminta bantuan IMF dan melakukan langkah drastis melikuidasi 16 bank. Pada akhirnya krisis ini melanda hampir semua negara-negara di kawasan Asia. Jika pada abad 21 nanti seluruh negara-negara di dunia ini harus memasuki apa yang mereka (kapitalisme) sebut sebagai "Tata Ekonomi Dunia Baru" melalui World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia, organisasi ini akan menguasai secara sempurna seluruh sektor perdagangan, perekonomian, moneter, perburuhan, pertanian, jasa, keimigrasian dan perundang-undangan yang berkaitan dengan itu semua di dunia ini. Seluruh negara-negara di dunia dipaksa untuk membuka seluruh pasarnya dan harus siap berkompetisi secara bebas dan terbuka, tidak peduli apakah itu negara maju atau negara melarat. Keadaan ini akan memberi peluang yang lebih besar kepada golongan ekonomi kuat, sehingga ketimpangan dengan golongan ekonomi lemah akan semakin meningkat. Dengan mulai goyahnya tatanan ekonomi dunia, akhirnya banyak ahli ekonomi yang mempertanyakan sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan di negara-negara besar itu. Dan melihat kenyataan itu dunia sekarang sebenarnya sedang menantikan kehadiran suatu sistem ekonomi alternatif yang benar-benar dapat mengatasi problem ekonomi dunia. Sistem tersebut adalah sistem ekonomi Islam, yang sebagaimana dikemukakan oleh Taqiyuddin An Nabhani dalam bukunya Nizamul Iqtisady fil Islam bahwa konsep ekonomi Islam akan mampu memecahkan segenap permasalahan manusia khususnya yang berkaitan dengan masalah ekonomi secara menyeluruh, karena konsep ekonomi Islam itu bersumber dari wahyu Allah Subhanahu wa Ta'ala. Wallahu a'lam bishowab _______________________________ Referensi: Amien Rais, Kritik Islam terhadap Kapitalisme dan Sosialisme, Jurnal Inovasi UMY Adi Sasono, Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan, Tiara Wacana, Yogyakarta. Suroso Imam Zadjuli, Potensi dan Kendala serta Perspektif Demokratisasi Ekonomi Politik di Indonesia. |